Romantisnya Kabut Ciremai dan Pendaki Jalur Apuy di Libur Nataru

- 27 Desember 2024 15:35 193 Dilihat
(/)
MAJALENGKA, PUSTAKAWARTA.COM - Gunung Ciremai, yang dikenal sebagai atap Jawa Barat dengan puncaknya yang menjulang 3.078 meter di atas permukaan laut (mdpl), kembali menjadi tujuan favorit bagi para petualang di liburan Natal dan Tahun Baru 2025.
Setelah musim hujan, kabut yang menyelimuti gunung ini menciptakan suasana yang begitu syahdu dan magis, menarik banyak pendaki untuk menikmati keindahan alam dan tantangan yang ditawarkan.
Keindahan alam Gunung Ciremai bukan hanya terletak pada panorama alamnya, tetapi juga pada perjalanan menantang menuju puncak. Setiap tahun, banyak pendaki, baik yang berpengalaman maupun pemula, datang untuk menjelajahi jalur pendakian, termasuk jalur Apuy yang terkenal menantang.
Bagi Aida, seorang pendaki pemula, pendakian kali ini memberikan pengalaman tak terlupakan.
"Saya baru pertama kali mendaki Ciremai dan merasa takjub dengan suasana yang begitu romantis di tengah kabut pasca hujan. Walaupun jalurnya licin dan udara dingin menusuk tubuh, saya merasa sangat menikmati setiap langkah. Keindahan dan ketenangan alam di sini memberikan pengalaman yang tak bisa didapatkan di tempat lain," ujar Aida, yang terlihat penuh semangat meski tubuhnya sedikit kelelahan setelah menaklukkan jalur yang licin.
Kabut yang menutupi sebagian besar jalur, memberikan tantangan sekaligus keindahan tersendiri bagi para pendaki. Suasana ini memunculkan ketenangan yang mendalam, hampir seperti berada di dunia lain. Pendaki lain, Ayu Arum Septiani, mengatakan bahwa bagi dirinya, mendaki bukan hanya soal mencapai puncak, tetapi juga perjalanan untuk menemukan makna hidup.
"Mendaki Ciremai ini lebih dari sekadar rekreasi. Ini adalah ajang untuk belajar banyak hal, seperti kesabaran, kebersamaan, dan ketangguhan. Bahkan lebih dari itu, mendaki juga mengajarkan kita untuk mengenal diri sendiri, bagaimana cara kita bertahan dan menikmati setiap detik perjalanan," tutur Ayu dengan penuh refleksi.
Selain itu, tidak sedikit pendaki yang merasa tersentuh secara emosional setelah menempuh perjalanan panjang menuju puncak. Aji, seorang pendaki yang sudah beberapa kali menaklukkan Ciremai, mengungkapkan perasaannya dengan penuh haru.
"Rasa lelah ini seolah hilang begitu saja saat sampai di puncak. Mendaki Ciremai selalu menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Ketika berdiri di puncak dan berteriak keras, rasanya seperti beban hidup ini terangkat. Itu adalah perasaan yang hanya bisa dirasakan oleh para pendaki sejati," kata Aji, yang matanya tampak berkaca-kaca ketika mengenang perasaan puas setelah mencapai puncak.
Namun, di balik keindahan dan keasyikan mendaki, salah seorang pengelola jalur pendakian Apuy, mang adang mengingatkan bahwa keselamatan adalah prioritas utama. Di musim penghujan seperti ini, kondisi jalur bisa menjadi sangat berbahaya.
"Pendaki harus mempersiapkan diri dengan matang, baik dari segi fisik, mental, maupun perlengkapan. Sebab, mendaki bukan hanya soal mencapai puncak, yang terpenting adalah kembali dengan selamat," ujar mang adang kepada Pustakawarta.
Selain fisik yang prima, pendaki juga harus mempersiapkan mental dan perlengkapan yang sesuai dengan kondisi cuaca yang bisa berubah-ubah. Pengelola jalur Apuy menyarankan agar para pendaki membawa peralatan yang memadai, seperti pakaian hangat, sepatu pendakian yang antislip, serta perlengkapan lain yang dapat mendukung kenyamanan dan keselamatan selama perjalanan.
Di luar itu, banyak pendaki yang merasa bahwa pengalaman mendaki Gunung Ciremai adalah sebuah perjalanan spiritual.
"Ada rasa kedamaian yang luar biasa saat mendaki, terutama di tengah kabut yang tebal. Rasanya seperti bisa lebih dekat dengan alam, dan bahkan dengan diri sendiri," kata Ridwan Febriyana sang pendaki yang juga pernah menjadi ranger di jalur apuy.
Pendakian ke Ciremai memang sering kali membawa para pendaki pada pengalaman yang lebih dalam daripada sekadar fisik, tetapi juga memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga.
Dampak Sosial Ekonomi
Berdasarkan pantauan Pustakawarta di Pendakian Gunung Ciremai terutama di jalur Apuy, juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Selama musim liburan Nataru, banyak pendaki yang menginap di shelter atau mengunjungi warung-warung makan di sekitar area pendakian.
Hal ini memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat setempat, yang sangat mengandalkan kunjungan wisatawan untuk menopang kehidupan mereka.
"Selama musim libur ini, kami memang mendapat banyak pengunjung yang berhenti sejenak untuk beristirahat atau membeli makanan sebelum melanjutkan perjalanan. Ini memberikan rezeki tambahan bagi kami," kata salah seorang warga setempat yang mengelola warung makan di kawasan pendakian.
Namun, dengan jumlah pendaki yang semakin banyak, pengelola jalur pendakian juga terus mengingatkan tentang pentingnya menjaga kelestarian alam.
"Kebersihan harus dijaga, baik selama pendakian maupun setelahnya. Jangan sampai keindahan alam ini tercemar oleh sampah. Kami terus berupaya untuk memberikan edukasi kepada pendaki agar mereka bisa menjaga alam Ciremai dengan baik," ujar pengelola jalur Apuy.
Sementara, Pendakian Gunung Ciremai di musim hujan ini memberikan pengalaman yang tak terlupakan, baik bagi pendaki pemula maupun yang berpengalaman. Suasana romantis yang tercipta oleh kabut tebal pasca hujan, ditambah dengan tantangan alam yang menantang, menjadi kombinasi sempurna untuk menikmati keindahan alam sekaligus merenungkan perjalanan hidup. Namun, selalu ingat bahwa keselamatan adalah hal utama. Semoga pengalaman mendaki ini bisa menginspirasi banyak orang untuk menjaga alam dan pulang dengan selamat. (*)
Bagikan Berita
Untuk Menambahkan Ulasan Berita, Anda Harus Login Terlebih Dahulu